Belajar Seni Teater itu Menyenangkan!
Belajar
seni teater itu menyenangkan, mengapa demikian? Anda bisa belajar sambil
bermain dengan berteater. Bermain teater sangat mengasyikan, selain itu anda
bisa menghilangkan sejenak rasa penat dihati anda, mengurangi stres, membuat
fikiran anda menjadi rileks dan teater adalah salah satu kesenian yang subur
tumbuh di Indonesia. Saat ini, di Indonesia ada 7 sekolah menengah kejuruan
seni pertunjukan yang tersebar di wilayah nusantara.
Sebelum
berbicara lebih jauh tentang seni teater sebaiknya anda memahami terlebih
dahulu tentang definisi teater, ada beberapa definisi tentang teater, dalam arti luas teater adalah segala
tontonan yang dipertunjukan didepan orang banyak, misalnya wayang golek,
lenong, akrobat, debus, sulap, reog, band dan sebagainya. Sedangkan dalam arti sempit adalah kisah hidup
dan kehidupan manusia yang diceritakan diatas pentas, disaksikan oleh orang
banyak, dengan media: percakapan,gerak dan laku dengan atau tanpa dekor,
didasarkan pada naskah tertulis dengan diiringi musik, nyanyian dan tarian. Dapat ditarik kesimpulan bahwa teater adalah
salah satu bentuk kegiatan manusia yang secara sadar menggunakan
tubuhnya sebagai unsur utama untuk menyatakan dirinya yang diwujudkan dalam
suatu karya (seni pertunjukan) yang ditunjang dengan unsur gerak, suara, bunyi
dan rupa yang dijalin dalam cerita pergulatan tentang kehidupan manusia.
Dari
uraian diatas anda dapat memahami tentang definisi teater, selanjutnya
unsur-unsur pembentukan seni teater adalah naskah lakon, sutradara,
pemain, dan penonton. Tanpa keempat unsur tersebut pertunjukan teater
tidak bisa diwujudkan. Untuk mendukung unsur pokok tersebut diperlukan
unsur tata artistik yang memberikan keindahan dan mempertegas makna
lakon yang dipentaskan.
Jenis-jenis teater yaitu: 1) Teater Boneka telah dilakukan
sejak Zaman Kuno. Sisa peninggalannya
ditemukan di makam-makam India Kuno, Mesir, dan Yunani. Boneka sering dipakai untuk menceritakan legenda atau
kisah-kisah religius. 2) Drama Musikal merupakan pertunjukan
teater yang menggabungkan seni menyanyi, menari, dan akting. Drama musikal
mengedepankan unsur musik, nyanyi, dan gerak daripada dialog para pemainnya. Di
panggung Broadway jenis pertunjukan ini sangat terkenal dan biasa disebut
dengan pertunjukan kabaret. Disebut drama musikal karena memang latar
belakangnya adalah karya musik yang bercerita. Selain kabaret, opera dapat
digolongkan dalam drama musikal. Dalam opera dialog para tokoh dinyanyikan
dengan iringan musik orkestra dan lagu yang dinyanyikan disebut seriosa. Di
sinilah letak perbedaan dasar antara Kabaret dan opera. Dalam drama musikal
kabaret, jenis musik dan lagu bisa saja bebas tetapi dalam opera biasanya
adalah musik simponi (orkestra) dan seriosa. Tokoh-tokoh utama opera menyanyi
untuk menceritakan kisah dan perasaan mereka kepada penonton. Biasanya juga berupa
paduan suara. 3) Teater Gerak merupakan
pertunjukan teater yang unsur utamanya adalah
gerak dan ekspresi wajah serta tubuh pemainnya. Penggunaan dialog sangat dibatasi atau bahkan
dihilangkan seperti dalam pertunjukan pantomim
klasik. Pertunjukan teater gerak yang paling populer dan bertahan
sampai saat ini adalah pantomim.
Sebagai pertunjukan yang sunyi (karena tidak menggunakan suara), pantomim mencoba mengungkapkan ekspresinya melalui tingkah polah gerak dan mimik
para pemainnya. Makna pesan sebuah
lakon yang hendak disampaikan semua ditampilkan dalam bentuk gerak. Tokoh pantomim yang terkenal adalah Etienne Decroux dan Marcel Marceau, keduanya dari
Perancis. 4) Teater Dramatik, istilah
dramatik digunakan untuk menyebut pertunjukan teater yang berdasar pada dramatika lakon yang dipentaskan. Dalam teater dramatik, perubahan karakter secara
psikologis sangat diperhatikan dan situasi
cerita serta latar belakang kejadian dibuat sedetil mungkin. Rangkaian cerita dalam teater
dramatik mengikuti alur plot dengan ketat. Mencoba menarik minat dan rasa penonton terhadap situasi cerita
yang disajikan. Menonjolkan laku
aksi pemain dan melengkapinya dengan sensasi
sehingga penonton tergugah. Satu peristiwa berkaitan dengan peristiwa lain hingga membentuk
keseluruhan lakon. Karakter yang disajikan
di atas pentas adalah karakter manusia yang sudah jadi, dalam artian tidak ada
lagi proses perkembangan karakter tokoh secara improvisatoris (Richard Fredman, Ian Reade: 1996). Dengan segala konvensi yang ada di dalamnya, teater
dramatik mencoba menyajikan cerita
seperti halnya kejadian nyata. 5) Teatrikalisasi
Puisi adalah pertunjukan teater yang dibuat berdasarkan karya sastra
puisi. Karya puisi yang biasanya hanya dibacakan dicoba untuk diperankan di
atas pentas. Karena bahan dasarnya adalah puisi maka teatrikalisasi puisi lebih
mengedepankan estetika puitik di atas pentas. Gaya akting para pemain biasanya
teatrikal. Tata panggung dan blocking dirancang sedemikian rupa untuk
menegaskan makna puisi yang dimaksud. Teatrikalisasi puisi memberikan wilayah
kreatif bagi sang seniman karena mencoba menerjemahkan makna puisi ke dalam
tampilan laku aksi dan tata artistik di atas pentas.
Gaya Pementasan dapat didefinisikan sebagai corak ragam
penampilan sebuah pertunjukan yang merupakan wujud ekspresi dari: 1) cara
pribadi sang pengarang lakon dalam menerjemahkan cerita kehidupan di atas
pentas, 2) konvensi atau aturan-aturan pementasan yang berlaku pada masa lakon
ditulis, 3) konsep dasar sutradara dalam mementaskan lakon yang dipilih untuk
menegaskan makna tertentu. Gaya penampilan pertunjukan teater secara mendasar
dibagi ke dalam tiga gaya besar: 1) presentasional, gaya presentasional
memiliki ciri khas, “pertunjukan dipersembahkan khusus kepada penonton”. 2) Representasional (realisme) gaya ini
berusaha menampilkan kehidupan secara nyata di atas pentas sehingga apa yang
disaksikan oleh penonton seolah-olah bukanlah sebuah pentas teater tetapi
potongan cerita kehidupan yang sesungguhnya. Para pemain beraksi seolah-olah
tidak ada penonton yang menyaksikan. Dalam perkembangannya gaya
representasional atau realisme ini melahirkan gaya-gaya baru yang masih berada
dalam ruang lingkupnya yaitu; naturalisme, realisme selektif, dan realisme
sugestif (Mary McTigue, 1992). Naturalisme merupakan sub gaya realisme yang
paling ekstrim. Gaya ini menghendaki sajian pertunjukan yang benar-benar mirip
dengan kenyataan. Setiap detil dan struktur tata panggung harus benar-benar
mirip seperti aslinya sehingga panggung merupakan potret kehidupan sesungguhnya.
3) Gaya Post-Realistic gaya ini
membawa semangat untuk melawan atau mengubah gaya realisme yang telah menjadi
konvensi pada masa itu. Gaya ini dikenal sebagai gaya teater eksperimen. Beberapa gaya post-realistic yang
berpengaruh adalah: Simbolisme,
sebuah gaya yang menggunakan simbol-simbol untuk mengungkapkan makna lakon atau
ekspresi dan emosi tertentu. Teatrikalisme,
mencoba menarik perhatian penonton secara langsung dan menyadarkan mereka bahwa yang mereka tonton adalah pertunjukan teater dan bukan
penggal cerita kehidupan seperti dalam
gaya realisme. Sengaja menggunakan
properti imajiner atau tata dekorasi yang berganti-ganti di hadapan penonton.
Surealisme, sebuah gaya yang mendapat pengaruh dari berkembangnya teori psikologi Sigmund
Freud dalam usahanya untuk mengekspresikan
dunia bawah sadar manusia melalui simbol-simbol mimpi, penyimpangan watak atau kejiwaan manusia, dan asosiasi bebas gagasan. Gaya ini begitu
menarik karena penonton seolah dibawa
ke alam lain atau dunia mimpi yang terkadang muskil, tetapi hampir bisa dirasakan dan pernah
dialami oleh semua orang.
Ekspresionisme, istilah ini diambil dari gerakan seni rupa pada akhir abad 19 yang dipelopori oleh pelukis
Van Gogh dan Gauguin. Ekspresionisme sudah ada dalam teater jauh sebelum masa itu, hanya masih
merupakan salah satu elemen saja dalam
teater. Teater Epik, disebut juga sebagai
“teater pembelajaran”. Gaya ini menolak
gaya realisme, empati, dan ilusi dalam usahanya mengajarkan teori atau pernyataan sosio-politis melalui penggunaan narasi, proyeksi, slogan, lagu, dan
bahkan terkadang melalui kontak langsung
dengan penonton. Gaya ini sering juga disebut “teater observasi”. Absurdisme, gaya
yang menyajikan satu lakon yang seolah tidak memiliki kaitan rasional antara peristiwa satu dengan yang lain, antara percakapan satu dengan yang
lain. Unsur-unsur Surealisme dan
Simbolisme digunakan bersamaan dengan irrasionalitas untuk memberikan sugesti ketidakbermaknaan
hidup manusia serta kepelikan
komunikasi antarsesama. Drama-drama yang kini disebut absurd, pada mulanya dinamai eksistensialisme.
Terakhir
unsur-unsur penting dalam seni teater adalah pertama, lakon atau cerita yang
ditampilkan, bisa berwujud sebuah naskah atau skenario tertulis, skenario tak
tertulis (dalam teater kerakyatan). Didalam Lakon terdapat tema ada yang
menyebutnya sebagai premis, root idea, thought, aim, central idea, goal,
driving force dan sebagainya, tema adalah suatu amanat utama yang
disampaikan oleh pengarang atau penulis melalui karangannya (Gorys Keraf,
1994), plot adalah alur cerita, setting adalah latar tempat, waktu dan
peristiwa yang terjadi dalam suatu cerita, struktur dramatik terdiri dari
eksposisi, komplikasi, klimaks, resolusi dan konklusi. Ada beberapa tipe lakon
yaitu: drama adalah salah satu jenis lakon serius dan berisi kisah kehidupan
manusia yang memiliki konflik yang rumit dan penuh daya emosi tetapi tidak
mengagungkan sifat tragedi, tragedi adalah sebenarnya bukan lakon yang
bercerita duka cita dan kesedihan tetapi lakon yang bertujuan untuk mengoncang
jjiwa penonton sehingga lemas, tergetar, merasa ngeri tetapi sekaligus juga
merasa belas kasihan. Pendeknya penonton merasa menyadari betapa kecil dan
rapuhnya jiwa manusia di depan kedahsyatan suratan takdir, tragedi adalah lakon
yang mengungkapkan cacat dan kelemahan sifat manusia dengan cara yang lucu,
sehingga para penonton bisa lebih menghayati kenyataan hidupnya. Jadi lakon
komedi bukan hanya sekedar lawakan kosong tetapi harus mampu membukakan mata
penonton kepada kenyataan kehidupan sehari-hari yang lebih dalam, satir adalah
lakon yang mengemas kebodohan, perlakuan kejam, kelemahan seseorang untuk
mengecam, mengejek bahkan menertawakan suatu keadaan dengan maksud membawa
sebuah perbaikan, Melodrama adalah lakon yang isinya mengupas suka duka
kehidupan dengan cara yang menimbulkan rasa haru kepada penonton. Penokohan, penokohan merupakan usaha
untuk membedakan peran satu dengan peran yang lain. Perbedaan-perbedaan
peran ini diharapkan akan diidentifikasi oleh penonton. Jika proses
identifikasi ini berhasil,
maka perasaan
penonton akan merasa terwakili oleh perasaan peran yang diidentifikasi
tersebut. Didalam sebuah penokohan terdapat peran, peran merupakan sarana utama
dalam sebuah lakon, sebab dengan adanya peran maka timbul konflik. Konflik
dapat dikembangkan oleh penulis lakon melalui ucapan dan tingkah laku peran.
Dalam teater, peran dapat dibagi-bagi sesuai dengan motivasi-motivasi yang
diberikan oleh penulis lakon. Motivasi-motivasi peran inilah yang dapat
melahirkan suatu perbuatan peran. Peran-peran tersebut adalah sebagai berikut:
protagonis adalah peran utama yang merupakan pusat atau sentral dari cerita.
Keberadaan peran adalah untuk mengatasi persoalan-persoalan yang muncul ketika
mencapai suatu citacita. Persoalan ini bisa dari tokoh lain, bisa dari alam,
bisa juga karena kekurangan dirinya sendiri. Peran ini juga menentukan jalannya
cerita, antagonis adalah peran lawan, karena dia seringkali menjadi musuh yang
menyebabkan konflik itu terjadi. Tokoh protagonis dan antagonis harus
memungkinkan menjalin pertikaian, dan pertikaian itu harus berkembang mencapai
klimaks. Tokoh antagonis harus memiliki watak yang kuat dan kontradiktif
terhadap tokoh protagonis, deutragonis adalah tokoh lain yang berada di
pihak tokoh protagonis. Peran ini ikut mendukung menyelesaikan permasalahan
yang dihadapi oleh tokoh protaganis, tritagonis adalah peran penengah yang bertugas menjadi pendamai
atau pengantara protagonis dan antagonis, foil adalah peran yang tidak secara langsung terlibat
dalam konflik yang terjadi tetapi ia diperlukan guna menyelesaikan cerita.
Biasanya dia berpihak pada tokoh antagonis, utility adalah peran pembantu atau sebagai tokoh
pelengkap untuk mendukung rangkaian cerita dan kesinambungan dramatik.
Biasanya tokoh ini mewakili jiwa penulis. Karakter adalah jenis peran yang akan
dimainkan, sedangkan penokohan adalah proses kerja untuk memainkan peran yang
ada dalam
naskah lakon.
Penokohan ini biasanya didahului dengan menganalisis peran tersebut sehingga
bisa dimainkan. Menurut Rikrik El Saptaria (2006), jenis karakter dalam teater
ada empat macam, yaitu Flat character atau karakter datar adalah
karakter tokoh yang ditulis oleh penulis lakon secara datar dan biasanya
bersifat hitam putih, Round
Character (perwatakan bulat)
adalah karakter tokoh dalam lakon yang mengalami perubahan dan perkembangan
baik secara kepribadian maupun status sosialnya, teatrikal adalah karakter
tokoh yang tidak wajar, unik, dan lebih bersifat simbolis, karakter-karakter
teatrikal jarang dijumpai pada lakon-lakon realis, tetapi sangat banyak
dijumpai pada lakon-lakon klasik dan non realis, karikatural adalah karakter
tokoh yang tidak wajar, satiris, dan cenderung menyindir, karakter ini segaja
diciptakan oleh penulis lakon sebagai penyeimbang antara kesedihan dan
kelucuan, antara ketegangan dengan keriangan suasana. Sifat karikatural ini
bisa berupa dialog-dialog yang diucapkan oleh karakter tokoh, bisa juga dengan
tingkah laku, bahkan perpaduan antara ucapan dengan tingkah laku.
Kedua, pemain
adalah orang yang membawakan lakon tersebut. Ketiga, sutradara sebagai penata pertunjukan
di panggung. Keempat, penonton adalah sekelompok orang yang menyerahkan
sebagian dari kemerdekaannya untuk menjadi bagian dari tokoh yang tampil dalam
suatu lakon dan menikmatinya.
Setelah
anda mengetahui tentang definisi teater, unsur pembentukan seni teater,
jenis-jenis teater, gaya pementasan, dan unsur penting dalam teater, anda dapat
mulai belajar berteater dengan mengikuti langkah-langkah berikut ini: pertama
anda harus membentuk sebuah kelompok teater, atau anda bisa bergabung dalam
sanggar-sanggar teater, kedua setelah anda memiliki kelompok teater atau
bergabung dalam sanggar anda, apabila anda menjadi seorang aktor anda harus
mengikuti beberapa cara berakting menurut Richard Boleslavsky dalam
buku Enam Pelajaran Pertama Bagi Calon Aktor: pelajaran pertama konsentrasi, pemusatan pikiran merupakan latihan
yang penting dalam akting, konsentrasi bertujuan aagar actor dapat mengubah
diri menjadi orang lain, yaitu peran yang dibawakan . juga berarti aktor
mengalami dunia yang lain dengan memusatkan segenap cita, rasa dan karsanya
pada dunia lain itu. Jadi tidak boleh perhatiannya goyah pada dirinya sendiri
dan pada penonton. Meskipun lakon berjalan, konsentrasi aktor tidak boleh
mengendor, juga jika saat itu tidak kebagian dialog atau gerakan .kesiapan
batin untuk mengikuti jalannya cerita sampai berakhir, memerlukan konsentrasi.
Latihan konsentrasi dapat dilakukan melalui fisik (seperti yoga), latihan
intelek atau kebudayaan(misalnya menghayati musik, puisi,seni lukis) dan
latihan sukma (melatihan kepekaan sukma menanggapi segala macam situasi).
Konsentrasi merupakan salah satu latihan penting dalam mewujudkan sebuah peran
contoh pad adegan diatas seorang pemain sedang berkonsentrasi pada peran, dialog
dirinya dan dialog lawan mainnya. Pelajaran kedua ingatan emosi the transfer of emotion merupakan
cara efektif untuk menghayati suasana emosi peran secara hidup wajar dan nyata.
Jika pelaku harus bersedih , dengan suatu kadar kesedihan tertentu dan menghadirkan
emosi yang serupa, maka kadar kesedihan itu takatannya tidak akan berlebihan,
sehingga tidak terjadi over acting. Banyak peristiwa yang menggoncangkan
emosi secara keras dan hanya aktor yang pernah mengalami goncangan serupa dapat
menampilkan emosi serupa kepada penonton dengan takaran yang tidak berlebihan. pelajaran ketiga laku dramatik tugas
utama aktor menghidupkan atau memperagakan karakter tokoh yang diperankannya,
dan menghidupkan aspek dramatisasi melalui ekspresi atau mimik wajah melalui
dialog, dan pemanfaatan seting pendukung (misal membanting). Aktor harus selalu
mengingat apa tema pokok dari lakon itu dan dari perannya, untuk menuju garis
dan titik sasaran yang tepat dengan begitu ia dapat melatih berlaku dramatik
artinya bertingkah laku dan berbicara bukan sebagai dirinya sendiri, tetapi
sebagai pemeran, untuk itu memang diperlukan penghayatan terhadap tokoh itu
secara mendalam sehingga dapat diadakan adaptasi. Pelajaran keempat pembangunan watak
setelah menyadari perannya dan titik sasaran untuk peranannya itu aktor harus
membangun wataknya sehingga sesuai dengan tuntutan lakon. Pembangunan watak itu
didahului dengan menelaah struktur fisik, kemudian mengidentifikasiannya dan
menghidupkan watak itu seperti halnya wataknya sendiri. Dalam proses terakhir
itu diri aktor telah luluh dalam watak peran yang dibawakannya, atau sebaliknya
watak peran itu telah merasuk kedalam diri sang aktor. Pemain yang baik adalah
pemain yang kalu sudah diatas panggung tidak tampak lagi pribadinya, dia sudah
berubah menjadi sosok yang lain. Dengan pembangunan watak hal ini dapat
terwujud. Pelajaran kelima observasi
Jika ingatan emosi, laku dramatik dan pembangunan watak sulit dilakukan secara
personal, maka perlu diadakan observasi untuk tokoh yang sama dengan peran yang
dibawakan. Untuk memerankan tokoh pengemis dengan baik , perlu mengadakan
observasi terhadap pengemis dengan ciri
fisik, psikis
dan sosial yang sesuai. Pelajaran
Keenam Irama semua kesenian membutuhkan irama, akting seorang aktor juga
harus diatur iramanya, agar titik sasaran dapat dicapai , agar alur dramatik
dapat mencapai puncak dan penyelesaian. Irama juga memberikan variasi adegan,
sehingga tidak membosankan. Irama permainan ditentukan oleh konflik yang
terjadi dalam setiap adegan.
Beberapa istilah dalam teater antara lain
sebagai berikut :1) Babak merupakan bagian dari lakon drama. Satu lakon drama
mungkin saja terjadi dari satu, dua, atau tiga babak mungkin juga lebih. Dalam
pementasan, batas antara babak satu dan babak lain ditandai dengan turunnya
layar, atau lampu penerang panggung dimatikan sejenak. Bila lampu itu
dinyalakan kembali atau layar ditutup kembali, biasanya ada perubahan penataan
panggung yang menggambarkan setting yang berbeda. Baik setting tempat, waktu,
maupun suasana terjadinya suatu peristiwa. 2) Adegan adalah bagian dari babak.
Sebuah adegan hanya menggambarkan satu suasana yang merupakan bagian dari
rangkaian suasana-suasana dalam babak. Setiap kali terjadi penggantian adegan
tidak selalu diikuti dengan penggantian setting. 3) Prolog adalah kata
pendahuluan dalam lakon drama. Prolog memainkan peran yang besar dalam
menyiapkan pikiran penonton
agar dapat mengikuti
lakon(cerita) yang akan disajikan. Itulah sebabnya, prolog sering berisi lakon,
perkenalan tokoh-tokoh dan pemerannya, serta konflik-konflik yang akan terjadi
di panggung. 4) Epilog adalah kata penutup yang mengakhiri pementasan. Isinya,
biasanya berupa kesinpulan atau ajaran yang bisa diambil dari tontonan drama
yang baru disajikan. 5) Dialog adalah percakapan para pemain. Dialog memainkan
peran yang amat penting karena menjadi pengarah lakon drama. Artinya, jalannya
cerita drama itu diketahui oleh penonton lewat dialog parapemainnya. Agar
dialog itu tidak hambar, pengucapannya harus disertai penjiwaan emosional.
Selain itu, pelafalannya harus jelas dan cukup keras sehingga dapat didengar
semua penonton. Seorang pemain yang berbisik, misalnya harus diupayakan agar
bisikannya tetap dapat didengarkan para penonton. 6) Monolog adalah percakapan
seorang pemain dengan dirinya sendiri. Apa yang diucapkan itu tidak ditujukan
kepada orang lain. Isinya, mungkin ungkapan rasa senang, rancana yang akan
dilaksanakan, sikap terhadap suatu kejadian, dan lain-lain. 3) Mimik adalah
ekspresi gerak-gerik wajah (air muka) untuk menunjukkan emosi yang dialami
pemain. Ekspresi wajah pemain yang sedang sedih tentu saja berbeda dengan
ketika sedang marah. 8) Gestur adalah gerak-gerak besar, yaitu gerakan tangan
kaki, kepala, dan tubuh pada umumnya yang dilakukan pemain. 9) Bloking adalah
aturan berpindah tampat dari tempat yang satu ke tempat yang lain agar
penampilan pemain tidak menjemukan. 10) Gait berbeda dengan bloking karena gait
diartikan tanda-tanda khusus pada cara berjalan dan cara bergerak pemain. 11)
Layar adalah kain penutup panggung bagiandepan yang dapar dibuka dan ditutup
sesuai kebutuhan. Tidak semua panggung dilengkapi layar.
DAFTAR PUSTAKA
Santosa, Eko
dkk. 2008. Seni Teater Jilid 1 untuk SMK.
Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal
Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan Nasional
Santosa, Eko
dkk. 2008. Seni Teater Jilid 2 untuk SMK.
Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal
Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan Nasional
Arini, Sri
Hermawati Dwi dkk. 2008. Seni Budaya
Jilid 2 untuk SMK. Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan,
Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen
Pendidikan Nasional
Kurnia, R.S.
(2011). “Menulis Artikel Ilmiah Populer”
http://pelitaku.sabda.org/menulis_artikel_ilmiah_populer (28 Desember
2011)
sippp, thanks
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusinfonya keren, kalau boleh tahu kira-kira di bandung dimana y yang suka ada pertunjukan teater? saya jadi pengen lihat, terakhir lihat pas sd...jadi kangen.. :D
BalasHapusByk, biasanya di rumentang siang, gd. Sunan Ambu ISBI, di Auditorium SMK 10 Bandung.. dll
Hapus