naskah drama
LAKON
TANGIS RAHWANA
Anisa Prasetia Novia dan Herlangga Juniarko
Para Pelaku Pementasan :
- Rahwana dunia
nyata
- Rahwana dunia
pewayangan
- Dewi Sita dunia
nyata
- Dewi Sita dunia
pewayangan
- Sri Rama
- Wibisana
- Hanoman
- Pelayan Cafe
- Koral rakyat
- Koral prajurit
Rahwana
- Koral prajurit
Rama
- Paduan Suara
- Bidadari pembawa
mayat Rahwana
Keterangan:
- Tata
cara penulisan, apabila dicetak tegak lurus berarti dialog tersebut
dibacakan seperti biasa.
- Tata
cara penulisan, apabila dicetak miring berarti dialog tersebut dinyanyikan.
- Huruf
kapital menandai keterangan-keterangan adegan maupun babak untuk
mempermudah seluruh staff produksi dan staff pementasan dalam
memvisualisasikan adegan yang akan ditampilkan.
- Cerita
pewayangan yang disajikan berasal dari cerita pewayangan sunda.
PROLOG
DI AWALI DENGAN MUSIK PENGIRING PEMBUKAAN KEMUDIAN
MENGIRINGI PUISI NARATIF YANG DIBACAKAN OLEH PARA PEMAIN DENGAN VISUALISASI
BERUPA KOMPOSISI GERAK TARIAN.
Koor paduan suara:
Kisah
lama tak pernah sirna,
Menapak
zaman mengarungi bahtera masa..
Tutur
lelakon para leluhur,
Warisan
kisah tak pernah uzur..
Pantang
luntur, pantang tergusur..
Kisah
kasih pewayangan..
Antara
Rama dengan Dewi Sita..
Sebuah
kisah penuh makna..
Kisah
kesetiaan dan pengorbanan..
Kisah
asmara cinta terlarang,
Dari
Rahwana pada Dewi Sita si cantik jelita.
Penolakan
membuat ia murka!
Murka
dan menculik Dewi Sita.
Dialah
sang angkara murka!
Demi
cinta mundur tak sudi
Peperangan
ia lakoni..
Dewi
Sita sosok perempuan sejati
Rela
masuk api, demi membuktikan ia masih suci.
Rahwana..
Rahwana.. kalah perang!
Rahwana..
Rahwana.. kisah cinta tak tersampaikan..
BABAK 1
LIHGTING
MENERANGI PANGGUNG YANG MEMVISUALISASIKAN SEBUAH KAFE, DISANA TERDAPAT DUA MEJA
DENGAN MASING-MASING DUA KURSI DAN DUA NOMOR MEJA. TERDENGAR ALUNAN MUSIK KLASIK
MENGALUN LEMBUT DI DALAM CAFE TERSEBUT.
DI
SALAH SATU MEJA TERLIHAT RAHWANA DENGAN PAKAIAN CASUAL YANG MENUNJUKAN BAHWA IA
SEORANG WARTAWAN DAN PENYAIR, BERHADAPAN DENGAN SELEMBAR KERTAS. IA MULAI
MENULIS BEBERAPA KATA MENJADI PUISI. SESEKALI IA BACA UNTUK MEMASTIKAN KEMBALI
TULISANNYA. NAMUN SEBELUM PUISINYA SELESAI, PINTU CAFE DI BUKA. IA SEPERTI MENDENGAR
SUARA SEORANG PEREMPUAN YANG PERNAH IA KENAL.
Sita (DENGAN PAKAIAN RAPI,
MEMBAWA TAS DAN BEBERAPA BUKU. IA MASUK KE CAFE SERAYA BERTELEPON)
Iya saya sendiri, ada
apa?....
Pelayan Cafe (SAMBUT PELAYAN CAFE RAMAH. IA MEMAKAI PAKAIAN KHAS PELAYAN
CAFE)
Selamat datang.. silahkan
duduk Mbak..
Sita (MENGANGGUK SERAYA TERSENYUM, KEMUDIAN DUDUK DI SALAH SATU
MEJA DI CAFE TERSEBUT)
Maaf, sekarang saya sedang
tidak berada di ruangan saya, untuk tugas akhir bisa langsung saja disimpan di
atas meja saya... untuk materi UAS nanti kalian bisa membaca mengenai beberapa
teori seni, sejarah seni, dan filsafat seni... Oya
dan untuk masalah
pameran lukisan di jalan Ganesha sabtu depan akan saya pimpin langsung
rapatnya.. (SITA MENUTUP TELEPON KEMUDIAN MEMANGGIL PELAYAN) mbak..
Pelayan Cafe (BERSIKAP RAMAH)
Ya! Ada yang bisa saya
bantu? Ini daftar menunya, silahkan dipilih mbak.
Sita (SITA MEMBACA DAFTAR MENU DAN MEMBOLAK-BALIK KEMUDIAN
MEMILIH)
Saya pesan orange juice dan
spagetti satu. (PELAYAN CAFE MENCATAT MAKANAN DAN MINUMAN YANG DIPESAN OLEH
SITA)
Pelayan Cafe
Baik, di tunggu saja ya
mbak. (MASIH DENGAN SIKAP YANG RAMAH, KEMUDIAN PELAYAN OUT DARI ARENA PERTUNJUKAN)
Rahwana (TERHERAN-HERAN, MUSIK DAN LAGU MENUNJUKAN AURA BAHAGIA)
Sepertinya aku
mendengar suara yang tidak asing lagi, mungkin sudah lama sekali aku tak
mendengarnya, tetapi ini seperti suara yang benar-benar kurindukan..
RAHWANA BERANJAK DARI TEMPAT
DUDUKNYA DAN MENGHAMPIRI SITA.
Rahwana (MASIH ADA MUSIK PENGIRING, NAMUN DIALOG INI DIBACAKAN
SEPERTI BERDIALOG SEHARUSNYA)
Sita? Apakah itu kau?
Sita
Ya, saya Sita. Apakah saya
mengenal anda?
Rahwana
Apakah kamu tidak mengenaliku?
Aku Rahwana. Kita pernah bersama-sama hidup di dunia pewayangan dahulu!
Sita
Emm... (BERPIKIR) oh
ya!(KAGET) apakah kamu Rahwana yang menculikku dahulu di Kosala?
Rahwana
Tepat sekali! Akulah yang menculikmu
dahulu di Kosala
Sita
Apakah kamu datang ke sini
untuk menculikku lagi?
Rahwana
Ah.. tentu saja tidak Sita!
Sekarang aku tidak melakukan hal-hal buruk di sini, di dunia nyata. Rasanya
akan terlalu buruk jika aku melakukan perbuatan buruk di dunia yang penuh hukum
ini.
Sita
Apa kamu yakin?
Rahwana
Tentu saja. Jadi apakah aku boleh
duduk di sini sekarang? Rasanya sangat tidak nyaman berbicara sambil berdiri.
Sita
Silahkan.
Rahwana
Sita, sungguh tak pernah kuduga,
kita bertemu di sini. Setelah berpisah sangat lama. Sungguh tak pernah kuduga
pula, kita bertemu dalam suasana yang berbeda dengan apa yang pernah terjadi di
masa lampau, Sita..
Sita
Aku pun tidak percaya, kita
bisa bertemu di sini, di alam ini dan juga dalam keadaan seperti ini. Jadi
kenapa kamu ada di sini, maksudku, mengapa kamu tidak berada di dunia pewayangan?
Rahwana
Aku memutuskan keluar dari
dunia pewayangan karena suatu hal, Sita. Suatu hal yang tak bisa membuatku
tenang di dunia pewayangan dan akhirnya aku pun pergi dan datang ke dunia nyata
ini. (LAGU BERAKHIR PADA DIALOG INI)
MUSIK BERGANTI SEOLAH
MEWAKILI RAHWANA YANG MENGINGAT KEMBALI KEJADIAN SAAT DIA MASIH DI ALENGKA
DAHULU. SELURUH PEMAIN YANG ADA DI PANGGUNG CAFE MEMATUNG SEKETIKA. KEMUDIAN LAYAR
TERTUTUP MENUTUPI PANGGUNG KAFE/LIGHTING MEREDUP DAN GELAP DI PANGGUNG CAFE.
BABAK 2
MUSIK
YANG BERGENRE PEWAYANGAN MENGIRINGI PERGANTIAN BABAK. PERLAHAN LIGHTING
DISSOLVE MENERANGI PANGGUNG DENGAN LATAR BELAKANG PEWAYANGAN. LAMPU MENYOROTI
RAHWANA DAN SITA DI SISI WILAYAH ALENGKA. TATA SETTING MENUNJUKAN SEBUAH TAMAN.
DAPAT DIVISUALISASIKAN DENGAN POHON DAN BUNGA. SITA DAN RAHWANA MEMAKAI PAKAIAN
KERAJAAN DARI KISAH PEWAYANGAN RAMAYANA.
Rahwana (MUSIK DENGAN NADA AMARAH DAN PEMAKSAAN KEHENDAK)
Sita, kenapa kau selalu
menolak diriku? Padahal aku sangat mencintaimu!
Sita
Aku tidak akan pernah sudi
menjadi istrimu, Rahwana. Apa kau lupa, aku adalah istri dari Sri Rama dan aku
mencintai Sri Rama lebih dari apapun!
Rahwana
Apa yang kau ragukan dariku,
Sita? Lihatlah, bahkan aku tak pernah sedikitpun menyentuhmu. Meskipun di
Alengka sini, kau sudah tak berdaya lagi!
Sita
Rahwana, coba tanyakan pada
dirimu sendiri. Apakah kau benar-benar mencintaiku atau kau ingin
mempersuntingku hanya karena nafsu semata?
Rahwana (TERMENUNG)
(KEPADA DIRINYA SENDIRI,
MUSIK LEBIH LEMBUT DAN MENUNJUKAN KEEGOISAN RAHWANA) Sita, aku memang tidak
mencintaimu. Nafsu dirikulah yang membawamu kemari dan nafsu pulalah yang
membuatku ingin memperistri dirimu. Tetapi dari semua itu, aku hanya
menginginkan tubuhmu yang indah itu! (LAGU BERAKHIR)
(KEPADA SITA) Kenapa kau
bertanya seperti itu padaku, Sita? Padahal aku telah rela tak menyentuhmu
sedikitpun dan di Alengka ini, aku pernah bersumpah tak akan pernah menyentuhmu
sebelum kau sendiri yang menyerahkan dirimu padaku!
Sita (DENGAN NADA SEDIKIT BERAMARAH)
Lalu kenapa kau tak menjawab
pertanyaanku tadi. Apakah kau hendak memperistriku karena cinta ataukah nafsu
semata ingin memiliki tubuhku ini?
SECARA TIBA-TIBA DARI
BELAKANG MUNCUL WIBISANA MENGHADAP PADA RAHWANA.
Wibisana (WIBISANA MEMASANG WAJAH WAS-WAS)
Lapor, Kakanda
Rahwana
Ada apa?
Wibisana
Di luar, dari kejauhan terlihat
pasukan dari kerajaan Kosala beserta sekutunya seperti hendak menyerang.
Rahwana (RAHWANA SEPERTI MENAHAN AMARAH)
Seberapa jauh jarak mereka?
Wibisana (MUSIK MENUNJUKAN SEBUAH BUJUKAN)
Sudah cukup dekat, tetapi
kita masih bisa mencoba melakukan perundingan untuk berdamai atau setidaknya
membuat mereka mundur agar tak ada rakyat yang terluka.
Rahwana (MUSIK LEBIH TEGANG)
Apa katamu? Berdamai?
Wibisana
Ya kakanda, kita tidak boleh
melibatkan rakyat hingga mereka terluka.
Rahwana (MUSIK KEMBALI NAIK DAN MENUNJUKAN AMARAH)
Dengarlah Wibisana adikku,
aku bersumpah tidak akan pernah berdamai dengan Rama seumur hidupku atau pun
menyerah padanya, meskipun nyawaku telah sampai pada tenggorokan!
Wibisana
Tapi kakanda, peperangan tak
akan pernah menyelesaikan masalah. Peperangan hanya akan menimbulkan berbagai
macam masalah baru. Rakyat pun akan terluka baik fisik maupun mental sekalipun
kita menang.
Rahwana
Persetan dengan rakyat! Aku
akan meminum darah Rama dan menguliti tubuhnya serta menjadikan kepalanya
sebagai hiasan di singgasanaku! (TERIAK RAHWANA DENGAN GERAM)
Wibisana
Tapi kakanda, rakyat kita
tidak bersalah. Lagi pula ananda rasa Rama menyerang hanya untuk mengambil Dewi
Sita! (LAGU BERAKHIR)
Rahwana (RAHWANA SEMAKIN EGOIS DAN TIDAK MEMPERDULIKAN NASIHAT
WIBISANA)
Dengarkan aku adikku, kita
harus mengalahkan mereka sekarang sebagai bukti bahwa Alengka bukanlah kerajaan
yang mudah dikalahkan. Bukankah aku pernah bersumpah untuk menaklukkan dunia? Jadi
apa kau tidak mau membantuku?
Wibisana
Baiklah kakanda, aku akan
mengerahkan seluruh pasukan terbaik kita.(DENGAN SUARA PERLAHAN) tetapi mungkin
aku tidak akan berada di pihakmu! (MUSIK TEGANG MENGIRINGI PERKATAAN WIBISANA)
Rahwana
Ya. Kerahkanlah seluruh
pasukan kita dan kita akan menghancurkan seluruh pasukan Kosala dan
membinasakan Rama (MEMANDANG SITA) dan biarkan dunia ini tunduk di kaki sang
Rahwana. (TERTAWA LEBAR, DENGAN SEGALA KESOMBONGANNYA)
WIBISANA PUN BERLALU DALAM
GELAP UNTUK MEMPERSIAPKAN PASUKANNYA.
Rahwana
Baiklah Sita. Tunggulah
sebentar! Aku akan segera menghabisi Rama dan aku akan memberikan kepala Rama
padamu sebagai hadiah pernikahan kita nanti! (RAHWANA KEMBALI TERTAWA SOMBONG
DENGAN MUSIK MENGIRINGI KEPERGIAN RAHWANA)
RAHWANA MENINGGALKAN SITA
SENDIRIAN DI RUANG GELAP. SETELAH RAHWANA TIDAK TERLIHAT LAGI, DARI SUDUT YANG
LAIN TERLIHAT HANOMAN MENDATANGI SITA.
Hanoman
Paduka Dewi Sita, apakah itu
Paduka?
Sita (MEMANDANGI HANOMAN DENGAN AIRMUKA HERAN DAN KETAKUTAN)
Ya. Siapakah engkau? dan untuk
apakah seekor wanara datang kemari?
Hanoman
Hamba Hanoman dari Kerajaan
Kiskikanda yang telah bersekutu dengan Kerajaan Kosala milik Paduka Sri Rama. Hamba
datang untuk membawa Paduka Ratu pergi menuju Ayodya.
Sita
Bagaimana caranya aku yakin
bahwa kau bukanlah salah satu raksasa milik Rahwana sehingga aku dapat
mempercayaimu?
Hanoman
Hamba mendapatkan titah dari
Paduka Sri Rama untuk menyelamatkan Paduka Ratu dan untuk membuktikannya, hamba
membawa titipan dari Paduka Sri Rama (MENYERAHKAN CINCIN MILIK SITA)
Sita
Baiklah, aku percaya padamu.
Tetapi kenapa bukan Kanda Rama yang datang sendiri untuk menyelamatkanku?
Hanoman
Tidak ada waktu lagi untuk
menjelaskan hal itu saat ini, lebih baik kita pergi dahulu dari sini.
Sita
Baiklah, lalu bagaimana
caranya keluar dari Taman Asoka yang diliputi berbagai macam raksasa ini?
Hanoman
Mari Paduka, ikuti hamba.
SETELAH
SITA DAN HANOMAN HILANG DI BALIK KEGELAPAN. LAMPU MEREDUP
DAN KEMBALI MENYALA DIIRINGI MUSIK MENCEKAM YANG MENANDAKAN SEBUAH PEPERANGAN
AKAN DIMULAI. PANGGUNG BERUBAH MENJADI MEDAN PERANG.
Rahwana (MUSIK KEMBALI MENEGANG DENGAN DIALOG YANG MENGUNDANG
PERTIKAIAN)
Hai Wibisana! Mengapa kau
berada di pihak Rama sekarang? Apa kau hendak berkhianat padaku?
Wibisana
Maafkan ananda, kanda
Rahwana. Hamba berada di sini untuk mempertahankan jalan hidup hamba.
Rahwana
Apakah berkhianat adalah
jalan hidupmu, Wibisana? Ingat! Kita adalah saudara kandung apa kau hendak
bertempur dengan kakakmu sendiri?
Wibisana
Kakanda, aku bukan berkhianat.
Aku hanya memihak pada kebenaran. Dan aku rasa Kanda sudah melupakan
ilmu-ilmu kala kita masih bertapa dahulu. Sekarang kanda telah takabur dan
terlalu mencintai dunia!
Rahwana
Baiklah Wibisana, kali ini
aku tak akan segan-segan membunuhmu dan aku juga akan memenggal kepalamu, Rama!
Rama
Rahwana, saat ini kau adalah
raja yang takabur! Maka aku datang untuk memberikan hukuman padamu! (LAGU
BERAKHIR)
Rahwana
Lakukanlah sesukamu Rama, justru
akulah yang akan memberikan hukuman padamu! karena sebentar lagi aku akan
mengambil wajahmu itu!
Rama
Pasukan! Bersiaplah untuk
berperang membela kebenaran!
Rahwana
Pasukan! Segera hancurkan
mereka dan bawalah kepala Rama padaku sekarang juga! Serang!!!
KEMUDIAN
KERAJAAN ALENGKA DAN KOSALA SALING BERTEMPUR DENGAN SENGIT DENGAN JUMLAH YANG
SEIMBANG. MUSIK PUN MENGIRINGI PERTEMPURAN DENGAN SENGIT, DAN KETEGANGAN YANG LUAR BIASA. SOUND
EFECT PEDANG DAN PANAH SALING BERADU MEMBENTUK PERTEMPURAN YANG SANGAT DAHSYAT.
NAMUN PASUKAN ALENGKA HABIS DIBANTAI KOSALA, MAKA RAHWANA PUN TURUN SENDIRIAN
DAN MEMBANTAI SELURUH PASUKAN KOSALA.
Wibisana
Paduka Sri
Rama, Rahwana memang tak dapat dibunuh. Maka gunakanlah pusaka panah kyai dangu
ini untuk membuatnya tak berdaya. (WIBISANA MENYERAHKAN PANAH KYAI DANGU KEPADA
SRI RAMA)
Rama
Baiklah
Wibisana, mungkin ini dapat menghentikannya. (RAMA MENERIMA PANAH TERSEBUT DAN
LANGSUNG MENGARAHKAN PANAH ITU TEPAT DI DADA RAHWANA)
PADA
AKHIRNYA, RAHWANA TERTUSUK PANAH YANG MEMBUATNYA MENGGELEPAR
TAK BERDAYA DAN TAK KUNJUNG MATI SEHINGGA DI SERETLAH IA MENUJU AYODYA, IBUKOTA
KOSALA. LIGHTING PERLAHAN MEREDUP.
BABAK 3
PERGANTIAN
SETTING DILAKUKAN DENGAN CEPAT. SETTING BERLOKASI DI AYODYA. LIGHTING PERLAHAN
MENYALA, TERLIHAT RAHWANA BERADA DI
TIANG HUKUMAN YANG DI SETTING SEDEMIKIAN RUPA DENGAN MENGGUNAKAN TIGA BUAH
LEVEL YANG DI TUMPUK DAN DITENGAHNYA DITANCABKAN SEBUAH TIANG UNTUK MENGIKAT
RAHWANA. IA BERADA PADA LEVEL YANG LEBIH TINGGI SEHINGGA PENONTON TERFOKUS PADA
SOSOK RAHWANA, HANOMAN DAN SRI RAMA. ADA BEBERAPA RAKYAT YANG MENYAKSIKAN
HUKUMAN YANG DITERIMA RAHWANA. MUSIK MENGIRINGI PENGHUKUMAN RAHWANA DENGAN
MENGGELEGAR.
Rama
Wahai Rahwana, sekarang
terimalah nasib dan meminta ampunlah pada sang dewata.
Rahwana
Cuih, aku tak akan pernah
meminta ampun pada dewa-dewa yang lemah itu, dewa-dewa yang pernah kubantai di
khayangan sana!
Rama
Baiklah jika begitu,
sekarang terimalah hukumanmu!
HANOMAN MULAI MENYIKSA
RAHWANA DI HADAPAN RAKYAT AYODYA.
Hanoman
Berlutut dan meminta
ampunlah, Rahwana!
Rahwana
Aku tak akan pernah berlutut
pada makhluk lemah seperti kalian!
Hanoman
Kalau begitu, rasakan ini! (HANOMAN
KEMBALI MENCAMBUK RAHWANA) berlututlah!
Rahwana
Tidak akan pernah, aaarghh!!
Hanoman
Berlututlah, raksasa liar!
Rahwana
Beraninya kau, aaarghh!!
Rama
Menyerahlah, Rahwana dan
berlututlah sebagai permintaan ampun!
Rahwana
Tidak akan pernah aku
berlutut padamu Rama! Aku akan mengambil Sita lagi darimu! Camkan itu! Aku akan
memenggal kepalamu, Rama!
Rama
Kau tidak akan pernah
bertemu lagi dengan Sita, Rahwana. Kini ia telah dikelilingi pagar gaib
sehingga kau tak akan pernah bertemu lagi dengannya!
Rahwana
Aku tak akan menyerah, Rama.
Aku akan membawa Sita kembali dalam genggamanku! Aku akan membuat kau tersiksa
karena kehilangan Dewi Sita! (LAGU BERAKHIR, TETAPI MUSIK MASIH TERUS
MENGIRINGI DENGAN GAGAH DAN MENGGELEGAR)
HANOMAN TERUS MENCAMBUKNYA.
TETAPI RAHWANA SEPERTI TAK MERASAKAN SAKIT LAGI. MUSIK MULAI MENGHILANG DAN
BERGANTI DENGAN MUSIK YANG LEBIH MENCEKAM. RAHWANA DITINGGALKAN SENDIRI DI
TIANG HUKUMAN. NAMUN IA MAMPU MELEPASKAN DIRI. DENGAN BERJALAN GONTAI DAN
SEMPOYONGAN IA MEMASUKI DIMENSI LAIN. RAHWANA MENGHILANG DIIRINGI DENGAN ASAP
PUTIH DAN TEBAL (GANSMOKE).
BABAK 4
LIGHTING
PANGGUNG PEWAYANGAN MEREDUP DAN GELAP. LIGHTING KEMBALI MENYALA DI PANGGUNG CAFE. SEKETIKA PARA PEMAIN
YANG MEMATUNG KEMBALI BERAKTIFITAS SEPERTI SEMULA.
Sita
Apakah karena hukuman yang
berat itu kamu pergi dari dunia pewayangan?
Rahwana
Tentu saja bukan. Tetapi
karena sesuatu yang lain, sesuatu yang lebih penting.
Sita
Jika aku boleh tahu, apakah
yang sebenarnya membuat kamu pergi dari dunia pewayangan?
Rahwana
Sebab utama aku pergi dari
dunia pewayangan adalah...... kamu, Sita
Sita
Aku?
Rahwana
Ya kamu. Aku merasa bahwa aku
tidak akan pernah bertemu denganmu lagi dan akan kehilanganmu untuk selamanya.
Sehingga aku pun memutuskan untuk pergi dan menenangkan diriku yang tengah
dilanda gemuruh hati ini.
Sungguh aku tidak kuat
menanggung derita yang menghimpit perasaanku. Derita yang kutanggung itu, bukan
karena aku mendapat hukuman yang berat. Tapi karena aku tidak kuat berpisah
dengan dirimu, cintaku... (LAGU BERAKHIR)
TIBA-TIBA PELAYAN KAFE
DATANG DAN MENYERAHKAN PESANAN MEREKA. MEREKA PUN MEMINUM MINUMANNYA
MASING-MASING. SITA TERUS MEMALINGKAN WAJAHNYA KARENA MALU SEDANGKAN RAHWANA TERUS
MEMANDANGI SITA. HENING SESAAT.
Pelayan
Ini pesanannya Mas, Mbak.
Silahkan dinikmati..
Sita
Terima kasih mbak...
Rahwana
Emm jadi, bagaimana dengan
kamu sendiri, mengapa kamu pergi dari dunia pewayangan?
Sita
Aku hanya ingin pergi saja.
Sekedar berlibur, bahkan seorang ratu pun harus berlibur bukan?
Rahwana
Berlibur? Sungguh kamu tak
pandai berbohong, Sita. Aku tahu kamu tidak mungkin meninggalkan Sri Rama hanya
untuk berlibur, bahkan ke dimensi lain ini. Rasanya itu sangat aneh Sita.
Sita
Baiklah, mungkin aku memang
berbohong. Tetapi aku pergi dengan alasan yang aku rasa cukup untuk
meninggalkan Rama di dunia pewayangan.
Rahwana
Maksudmu?
Sita
Aku memiliki alasan yang
cukup kuat untuk meninggalkan Rama.
Rahwana
Maaf Sita, apakah aku boleh
tahu alasamu meninggalkan Sri Rama di dunia pewayangan sana?
Sita
Rama telah mengecewakanku.
Rahwana
Aku tidak mengerti, apa
maksudmu?
Sita
Rama telah mengecewakanku
dengan tidak mempercayaiku pada saat aku berada di Ayodya, dia bahkan lebih
mempercayai desas-desus rakyat yang berkata bahwa aku telah berhubungan gelap
denganmu.
BABAK 5
LIGHTING
DI PANGGUNG CAFE MEREDUP DAN BERALIH KE PANGGUNG PEWAYANGAN. LIGHTING PERLAHAN
BERSINAR MENERANGI PANGGUNG PEWAYANGAN. SEKETIKA PEMAIN YANG BERADA DI PANGGUNG
CAFE MEMATUNG. PADA BABAK INI MENCERITAKAN MENGENAI BAYANGAN SITA KETIKA IA
KEMBALI KE AYODYA. KETIKA ITU, SITA TERUS MENERUS DITANYAI OLEH SRI RAMA BERKENAAN
DENGAN HAL-HAL YANG TERJADI SELAMA MASA PENYEKAPAN SITA DI ALENGKA. SEDANGKAN
API TELAH BERKOBAR SIAP MENCARI KORBAN.
Rama (MUSIK DAN NYANYIAN DI BUAT TEGANG)
Apakah gerangan yang terjadi
pada dirimu di Alengka sana, Dinda?
Sita
Di Alengka sana, hamba terus
dirayu oleh Rahwana agar hamba sudi menjadi istrinya. Namun sekalipun hamba tak
pernah mempedulikannya. Karena hamba mencintaimu, Kakanda. Sehingga hamba tak
pernah sekalipun tersentuh olehnya.
Rama
Tetapi dinda telah berada di
sana selama 12 tahun. Apakah dinda benar-benar tak pernah tersentuh olehnya dan
masih suci sama seperti ketika dinda masih di Ayodya dahulu?
Sita
Tentu hamba masih suci. Hamba
mengetahui benar diri hamba. Bahkan hamba tak pernah sedikitpun tersentuh oleh
Rahwana.
Rama
Baiklah. Buktikanlah bahwa dinda
masih suci dengan masuk ke dalam api yang berkobar itu. Jika dinda masih suci tentu
dinda tidak akan terbakar sedikitpun oleh api tersebut.
Sita
Apa? Apakah kakanda meragukan
istrimu sendiri? Apakah kanda mengganggap hamba hanya berdusta tentang kesucian
yang selama ini hamba jaga dengan susah payah selama 12 tahun di Alengka yang kejam?
Rama
Bukan maksud kanda seperti
itu. Hanya segala sesuatu perlu pembuktian, termasuk apa yang keluar dari mulut
dinda itu apakah sebuah kebenaran atau justru kebohongan? Demi kebenaran yang
sebenarnya, mutlak kanda beri tantangan supaya dinda masuk ke dalam api yang
berkobar itu!
Sita (MUSIK MASIH MENGIRINGI TETAPI DIALOG DIBACAKAN SEPERTI
BIASA)
Baiklah. Hamba akan masuk ke
dalam kobaran api yang maha panas itu. Jika itu akan sangat menyenangkan hatimu
kanda. (API SEMAKIN MEMBARA. SEBELUM MASUK SITA SEMPAT BEDOA KEPADA
DEWATA.) Ya Dewata, hamba pasrah dengan kehendakmu. Sebagai manusia yang tiada
daya dan upaya hatiku turun ke bawah telapak kaki mu. Sebagai pembuktian
kesetiaanku kepada Kanda Sri Rama, hamba akan masuk ke dalam api ini. Hamba ikhlas
menerima segala kehendakmu!
(MUSIK BERUBAH LEBIH LEMBUT
DAN MENYAYAT HATI. SITA MASUK KE DALAM KOBARAN API TERSEBUT DENGAN PERASAAN
IKHLAS DAN RASA CINTANYA PADA SRI RAMA, SEHINGGA API PUN TAK MAMPU MENYENTUH
PAKAIANNYA SEKALIPUN. SITA KELUAR DENGAN SELAMAT.)
Sita
Apakah sekarang kanda
percaya pada hamba? Bahkan pakaian hamba pun tak tersentuh sama sekali oleh api
itu. Itu adalah bukti bahwa hamba tidak pernah berbohong padamu kanda!
Rama (MUSIK KEMBALI MEMANAS)
Mungkin dewa-dewa yang jatuh
cinta padamu telah melindungimu dari api itu. Sehingga dinda tak tersentuh
sedikitpun oleh api yang berkobar dan panas itu.
Sita
Kanda masih meragukan
kejujuran hamba?
Rama
Sebaiknya dinda kembali masuk
ke dalam api itu dan kali ini akan kanda pastikan bahwa dewa-dewa tidak turut
campur dalam hal ini!
Sita
Baiklah, kanda. Atas nama
cintaku padamu, hamba akan kembali masuk ke dalam api itu sebagai bukti bahwa
hamba tak berdusta sedikitpun padamu.
SITA MASUK DALAM API.
MATANYA BERAIR. BUKAN KARENA PANAS, TETAPI KARENA RASA SESAK DI DADA YANG
DISEBABKAN RASA KECEWA ATAS KECURIGAAN BERLEBIHAN. IA BERPIKIR HENDAK PERGI
DARI DUNIA PEWAYANGAN YANG MEMUAKKANNYA.
Sita (MUSIK LEBIH MENYAYAT DAN MENYAKITKAN)
Inikah balasan dari
kesetiaan dan pengorbananku selama ini padamu kanda? Mungkin engkau sudah tak
mencintaiku lagi!
SITA KELUAR DARI API DENGAN
SELAMAT. NAMUN IA LANGSUNG BERLARI KE DALAM KAMARNYA DI KERAJAAN AYODYA.
SEDANGKAN RAMA MENYUSULNYA DARI BELAKANG.
Rama
Dinda!
DIIRINGI MUSIK KHAWATIR,
WAS-WAS, DAN TEGANG. KEESOKAN HARINYA DI KERAJAAN, RAMA TERUS MENCARI SITA.
SECARA TIBA-TIBA SITA MENGHILANG DARI KERAJAAN DAN TAK DAPAT DITEMUKAN DI
SELURUH PENJURU DUNIA PEWAYANGAN.
BABAK VI
LIGHTING DI PANGGUNG
PEWAYANGAN MEREDUP, DAN LIGHTING DI PANGGUNG CAFE KEMBALI MENYALA. SEMUA PEMAIN
YANG ADA DI CAFE KEMBALI BERGERAK DENGAN NORMAL. SITA DAN RAHWANA KEMBALI
BERBINCANG-BINCANG.
Rahwana
Syukurlah kamu masih selamat
dari api itu!
Sita (MUSIK YANG MENGGAMBARKAN PENUH KEKECEWAAN)
Ya. Aku memang masih
selamat, tetapi hatiku sudah tak terselamatkan lagi. Aku benar-benar kecewa
pada Rama. Kesetiaanku padanya seperti telah dikhianati tanpa ragu-ragu! Makna
dari kesetiaanku seperti hilang ditembus angin, tak sedikitpun membuat Rama
yakin akan ketulusan cintaku padanya!
Rahwana
Tetapi apakah seorang Sri
Rama akan setega itu padamu, maksudku, pada istrinya sendiri.
Sita
Aku tahu ia akan melakukan
hal itu, ketika mulai terdengar desas-desus rakyat yang beranggapan bahwa aku
telah melakukan hubungan gelap denganmu.
Rahwana
Jadi hanya karena hal
seperti itu dia membakarmu dalam api?
Sita
Begitulah... kalau kamu dulu
tidak menculikku, mungkin akan lain ceritanya.
Rahwana
Hmmm, Sita. Tak kusangka
ternyata nasibmu akan setragis itu. Maafkan aku!
Sita
Ternyata kesetiaanku pada
Rama tidak ada artinya sama sekali.
Rahwana
Sita, aku dapat mengerti
perasaanmu sekarang.
HENING. TIBA-TIBA KEDUANYA
SALING BERTATAPAN.
Sita (MUSIK PENGIRING KEMUDIAN DIIRINGI NYANYIAN DENGAN GENRE
PENASARAN)
Rahwana, mengapa waktu itu
kamu menculikku? Apakah benar ketika kamu menculikku pada saat itu, kamu jatuh
cinta padaku, ataukah hanya karena nafsu semata?
Rahwana
Sejujurnya, dulu ketika aku
menculikmu untuk pertama kalinya, terus terang karena nafsu. Tapi setelah kamu
kutawan dengan waktu yang cukup lama sehingga akhirnya Rama dan
Hanoman membebaskanmu, perasaan yang sarat dengan birahi itu, secara
perlahan-lahan berubah menjadi rasa cinta dan kasih sayang.
Sita
(KEPADA DIRI SENDIRI) Sepertinya
ada yang berubah dalam diri Rahwana, sepertinya dia bukan lagi Rahwana yang
dulu pernah menyekapku di Taman Asoka. (LAGU BERHENTI)
DARI LUAR MASUK SEORANG PRIA
DENGAN MENGGUNAKAN JAS. IA DUDUK DI SALAH SATU MEJA AGAK JAUH DENGAN MEJA SITA
DAN RAHWANA SAMBIL MEMBELAKANGI PENONTON. SEDANGKAN RAHWANA DAN SITA MASIH TERUS
BERPANDANGAN
Sita
Rahwana, sekarang aku sudah
mengerti kemanakah arah dari pembicaraan kita ini berlanjut, tetapi sebelum itu
semua terjadi, aku ingin bertanya satu hal padamu. Apa arti cinta bagi dirimu,
Rahwana?
Rahwana
Cinta. Bagiku tidak dapat dijelaskan
dengan kata-kata. Tapi aku bisa merasakannnya. Yang jelas, kalau kamu setuju,
aku ingin melamarmu hari ini juga. Mari kita lupakan masa lampau yang kelam
itu. Mari kita bangun dunia baru dengan matahari baru!
Sita
Rahwana, Sebaiknya kamu
jelaskan terlebih dahulu apa arti cinta bagimu?
Rahwana
Baiklah jika kamu memaksa,
cinta bagiku adalah persatuan dua jiwa dua sukma tanpa sedikitpun keduanya
mengalami hati yang luka. Jika pun ada luka yang saling menghancurkan perasaan
masing masing-masing, tetapi luka yang saling menunjukkan arah dan jalan pada
kebaikan hidup yang kelak kita tempuh bersama. Maka dari itu Sita, apakah kamu
siap untuk menerimaku?
Sita
Ya!
Rahwana
Walau aku tak punya
kekuasaan apapun?
Sita
Ya!
Rahwana
Sekarang di dunia nyata ini
aku tidak lebih dari rakyat, hanya rakyat. Aku bekerja jadi wartawan,
kadang-kadang meliput pertunjukkan teater, seni lukis dan acara-acara di CCF di
Bandung atau di TIM Jakarta. O ya, kamu
sendiri bagaimana?
Sita
Aku?
Rahwana
Ya!
Sita
Aku sekarang mengajar di
FSRD ITB, Jurusan Seni Murni. Aku mengajar teori seni, sejarah seni, dan
filsafat seni. Sudahlah kita tunda dulu tentang identitas kita masing-masing. Aku
ingin bertanya padamu lebih jauh, apa yang kamu maksud dengan cinta itu? Terus
terang, saya bisa menerima sekaligus memahami perasaanmu. Tapi tolonglah beri
saya pemahaman lebih jauh lagi tentang cinta
TANGAN SITA DAN RAHWANA
SALING MENGGENGGAM. SEDANGKAN MATA MEREKA SALING MENYATU.
Rahwana
Baiklah Sita, mungkin akan
lebih baik jika saya menjelaskannya dengan bahasa simbol. (BERDIRI DAN KELUAR
DARI KURSI, KEMUDIAN MENGHADAP PENONTON)
Cinta adalah setangkai bunga
bakung
yang dipangkas orang dari
tangkainya
bunga itu akan layu.
kini jiwaku yang layu itu
yang terpisah dari hidupmu
itu
mendadak mekar.
mendadak punya akar tertanam
ke tanah
Engkaulah tanah itu cintaku
Sita
Terimakasih Rahwana. Kini
aku yakin dengan keteguhan hatimu mencintai diriku. Tapi untuk sementara
berilah aku watu yang cukup luang. Aku akan berfikir lebih jauh lagi, apakah
aku akan segera menerima lamaranmu atau tidak?
Rahwana
Baiklah Sita, aku mengerti
Sita
Kamu tahu, aku harus
berfikir masak-masak tentang hal ini. Soalnya kita hidup dalam ikatan
perkawinan bukan untuk waktu sehari dua hari saja. Tetapi untuk ratusan tahun
bahkan ribuan tahun ke depan. Aku sendiri kini bukan lagi pantai yang indah
Rahwana
Aku mengerti. Demikian pula
aku, aku bukan pula langit yang bersih. Pengalamanku di masa lampau sarat dengan
noda. Sita, aku merasa bahagia walau kamu baru berucap menerima cintaku dan
belum memutuskan kelak kamu akan menerima lamaranku atau tidak. (LAGU BERAKHIR)
Sita
Baiklah Rahwana, sepertinya
hari semakin gelap. Aku harus segera pulang. Jika kamu mau. Aku akan memberikan
jawabannya besok dan kita dapat bertemu lagi di sini.
Rahwana
Baiklah Sita, besok aku akan
menunggumu di sini
Sita
Kalau begitu aku aku akan
pulang sekarang, apa kamu ingin pulang bersamaku?
Rahwana
Ah sepertinya tidak, aku
masih harus menyelesaikan tugasku dahulu di sini
Sita
Baiklah.
TERDENGAR ALUNAN MUSIK
ROMANTIS MENGIRINGI KEPERGIAN SITA. MEREKA SALING MELAYANGKAN SENYUM,
BERSALAMAN DAN BERPELUKAN LAYAKNYA SEORANG KEKASIH YANG HENDAK MENIKAH.
KEMUDIAN SITA PUN PERGI MENINGGALKAN RAHWANA, SEDANGKAN RAHWANA TERUS
MEMANDANGI SITA YANG BERLALU.
KEMUDIAN RAHWANA MULAI
MENULIS KEMBALI. SETELAH SELESAI IA MENINGGALKAN CAFE ITU DI IKUTI SEORANG PRIA
YANG SELALU MEMBELAKANGI PENONTON.
TANPA BASA-BASI PRIA ITU
MENUSUKKAN PISAUNYA KEPADA RAHWANA DARI BELAKANG. MUSIK BERGEMURUH MENGIRINGI
PENUSUKAN TERHADAP RAHWANA. MUSIK TEGANG, DAN KEGETIRAN. RAHWANA KEMUDIAN
MELAWAN HINGGA IA KELELAHAN KARENA TERUS KEHILANGAN BANYAK DARAH. RAHWANA
TERKAPAR DI JALANAN.
Rahwana
Sejak dulu engkau memang
pengecut. Untuk mengambil Sita dari tanganku, engkau menggunakan tangan
Hanoman. Siapa lagi yang bersikap culas seperti ini kecuali engkau?
SANG PEMBUNUH KEMUDIAN MASUK
KE DUNIA PEWAYANGAN DIIRINGI GANSMOKE. RAHWANA TERKAPAR SEKARAT, TERDENGAR
IRINGAN MUSIK MENYAYAT HATI DARI LAGU ‘RAHWANA CEURIK’. SETELAH LAGU SELESAI RAHWANA
DIANGKAT KE ATAS PANGGUNG OLEH BEBERAPA ORANG PEREMPUAN CANTIK LAYAKNYA
BIDADARI SAMBIL BERTERIAK...
Rahwana
Sita! Sita! Rahmat atau
bencanakah benih cinta yang kutanggung ini?
BABAK 6
SETELAH
SEMUA SELESAI. LAMPU MEREDUP. HENING SESAAT. LAYAR PEWAYANGAN KEMBALI TERBUKA
Wibisana
Hamba melapor, Paduka Sri
Rama
Rama
Apakah sudah kau selesaikan
tugasmu, Wibisana?
Wibisana
Ya!
LIGHTING KEMBALI MEREDUP.
EPILOG
TERDENGAR MUSIKALISASI PUISI
TULISAN RAHWANA.
Lingkaran Bulan
-
Untuk Sita
Ya, memang jarak dan bahasa
memisahkan kita
Tapi rinduku padamu adalah
hembusan angin
Yang berdesau dan berdesau
Dari dahan ke dahan cemara.
Mengalir dan mendesir
Mencari keteduhan hatimu.
Malam alangkah dingin
Di sini. Suara kendaraan
menghilang dalam
Pendengaran, tiang listrik
dipukul orang: - bunyinya
Menggema dalam bathinku,
mengekalkan kerinduanku
Padamu.
Malam alangkah kelam
Maut yang bengis bertudung
kain hitam.
Masih kuingat di tepi telaga
di Alengka
Hangat desah nafasmu yang
lembut
Mengguncangkan perasaanku
yang dalam
Tanpa jarak dan bahasa.
DILANJUTKAN DENGAN KOMPOSISI
TARIAN AKHIR PENUTUPAN, DIIRINGI MUSIK YANG LEBIH MENYAYAT HATI DAN PADUAN
SUARA.
TAMAT
Komentar
Posting Komentar