Analisis Puisi 'Kesabaran' Karya Chairil Anwar
“KESABARAN”
Karya Chairil Anwar
MAKALAH
diajukan
untuk memenuhi salah satu tugas matakuliah Apresiasi Puisi Indonesia
dosen
pengampu: Drs. H. Ma’mur Saadie, M.Pd
disusun
oleh
Anisa
Prasetia Novia NIM 1103944
PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2012
Kesabaran
Karya
Chairil Anwar
Aku
tak bisa tidur
Orang
ngomong, anjing nggonggong
Dunia
jauh mengabur
Kelam
mendinding batu
Dihantam
suara bertalu-talu
Di
sebelahnya api dan abu
Aku
hendak bicara
Suaraku
hilang, tenaga terbang
Sudah!
Tidak jadi apa-apa!
Ini
dunia enggan disapa, ambil perduli
Keras
membeku air kali
Dan
hidup bukan hidup lagi
Kuulangi
yang dulu kembali
Sambil
bertutup telinga, berpicing mata
Menunggu
reda yang mesti tiba
ANALISIS PUISI MENGGUNAKAN TEORI
STRUKTURAL
1. Struktur Bathin
a.
Tema
Herman
J. Waluyo (1987:106) mengatakan “Tema merupakan pokok atau subject-matter yang
dikemukakan oleh penyair”. Ungkapan tersebut mengindikasikan bahwa tema
merupakan sebuah atmosfer dari sebuah puisi, sebuah puisi pasti memiliki sebuah
tema (umumnya satu) yang melingkupi keseluruhan puisi. Oleh sebab itu dalam
menafsirkan tema dalam puisi, puisi tersebut harus ditafsirkan secara utuh.
Tema
di dalam puisi ‘Kesabaran’ karya Chairil Anwar yaitu tema sosial, karena
menceritakan kehidupan sosial penyair yang kemugkinan besar berusaha sabar
dalam menghadapi orang lain.
b.
Perasaan (Feeling)
Herman
J. Waluyo (1987:121) bahwa perasaan adalah “ suasana perasaan penyair yang ikut
diekspresikan dan harus dapat dihayati oleh pembaca”.
Di
dalam puisi ‘Kesabaran’ karya Chairil Anwar perasaannya yaitu perasaan penyair yang
berusaha sabar dalam menghadapi hidup, ia tidak memperdulikan apapun yang orang
katakan tentang dirinya. Ia lebih baik diam dan tidak berkomentar.
c.
Nada dan Suasana
Nada
adalah sikap penyair dalam menyampaikan puisi terhadap pembaca, beraneka ragam
sikap yang sering digunakan oleh penyair, seperti yang dikemukakan oleh Herman
J. Waluyo (1987:125) “…apakah dia ingin bersikap menggurui, menasihati,
menyindir, atau bersikap lugas…”. Suasana adalah keadaan jiwa pembaca setelah
membaca puisi itu, atau akibat psikologis yang ditimbulkan puisi itu terhadap
pembaca.
Nada di dalam puisi ‘Kesabaran’ karya Chairil
Anwar Penulis
berpendapat bahwa puisi tersebut bernada lugas, sebab penyair begitu lugas
dalam mengemukakan bagaimana pengalamannya dalam bersabar. Puisi yang berjudul
‘Kesabaran’ mencerminkan bagaimana kelugasan penyair dalam mengemukakan
pengalamannya, tidak bersikap menggurui. Hal ini disebabkan bahwa kesabaran
adalah sesuatu yang sangat sakral, ada di dalam setiap diri manusia.
Suasana
di dalam puisi ‘Kesabaran’ karya Chairil Anwar memberikan suasana pada pembaca,
bahwa perasaan penyair sangat kuat dan ia tidak memikirkan apapun yang membuat
ia sakit hati, ia akan bersabar dan tidak akan banyak berkomentar. Hal ini
penulis rasakan setelah membaca puisi tersebut, memberikan kesadaran bahwa
apabila kita menghadapi masalah harus bersikap sabar dan yakin bahwa cobaan itu
akan berlalu seiring berjalannya waktu.
d.
Amanat
Setelah
memahami tentang tema, nada,dan perasaan yang terdapat dalam puisi tersebut,
penulis menyimpulkan bahwa pesan yang ingin disampaikan pengarang dalam
puisinya adalah tentang kesabaran, penyair ingin mengamanatkan bahwa kita harus
bersabar dalam menghadapi masalah, sebab masalah pasti akan selalu datang. Maka
dari itu, kita harus bersabar dan yakin bahwa suatu saat cobaan itu akan
berlalu.
2. Struktur
Lahir (Metode Puisi)
a.
Diksi
(Pemilihan Kata)
Penyair sangat cermat dalam memilih kata-kata
sebab kata-kata yang ditulis harus dipertimbangkan maknanya, komposisi bunyi
dalam rima dan irama, kedudukan kata itu di tengah konteks kata lainnya, dan
kedudukan kata dalam keseluruhan puisi itu. Oleh sebab itu, disamping memilih
kata yang tepat, penyair juga mempertimbangkan urutan katanya dan kekuatan atau
daya magis dari kata-kata tersebut. Kata-kata diberi makna baru dan yang tidak
bermakna diberi makna menurut kehendak penyair. Karena begitu pentingnya kata-kata
dalam puisi, maka bunyi kata juga dipertimbangkan secara cermat dalam
pemilihannya. Karena pemilihan kata-kata mempertimbangkan berbagai aspek
estetis, maka kata-kata yang sudah dipilih oleh penyair untuk puisinya bersifat
absolut dan tidak bisa diganti dengan padan katanya, sekalipun maknanya tidak
berbeda. Bahkan sekalipun unsur bunyinya hampir mirip dan maknanya sama, kata
yang sudah dipilih itu tidak dapat diganti. Jika kata itu diganti akan
mengganggu komposisi dengan kata lainnya dalam konstruksi keseluruhan puisi
itu.
Di dalam puisi ‘Kesabaran’ karya Chairil Anwar
diksi atau pemilihan kata menggunakan kata-kata yang mudah dimengerti oleh
pembaca meskipun dalam struktur kata tidak beraturan dan kurang sesuai dengan
struktur kata pada umumnya. Misalnya: kata ‘nggonggong’ dalam struktur kata
pada umumnya bukan ‘nggonggong’ tetapi ‘menggonggong’, namun penyair lebih
memilih kata ‘nggonggong’ sebagai kata yang memiliki unsur orisinalitas atau private symbol sehingga menghasilkan poetic power.
b.
Pengimajian
Ada hubungan erat antara diksi, pengimajian, dan
kata kongkret. Diksi yang dipilih harus menghasilkan pengimajian oleh karena itu
kata-kata menjadi lebih kongkret seperti kita hayati melalui penglihatan,
pendengaran, atau cita rasa. Pengimajian dapat dibatasi dengan pengertian: kata
atau susunan kata-kata yang dapat mengungkapkan pengalaman sensoris, seperti
penglihatan, pendengaran, dan perasaan. Baris atau bait puisi itu seolah
mengandung gema suara (imaji auditif), benda yang nampak (imaji visual), atau
sesuatu yang bisa kita rasakan, raba, atau sentuh (imaji taktil).
Pengimajian
di dalam puisi ‘Kesabaran’ karya Chairil Anwar yaitu sebagai berikut:
-
Aku tak bisa
tidur (imaji taktil)
-
Orang
ngomong, anjing nggonggong (imaji auditif)
-
Dunia jauh
mengabur (imaji taktil)
-
Kelam
mendiding batu (imaji taktil)
-
Dihantam
suara bertalu-talu (imaji auditif)
-
Di
sebelahnya api dan abu (imaji visual)
-
Aku hendak
bicara (imaji taktil)
-
Suaraku
hilang, tenagaku terbang (imaji taktil)
-
Sudah! tidak
jadi apa-apa! (imaji taktil)
-
Ini dunia
enggan disapa, ambil perduli (imaji taktil)
-
Keras
membeku air kali (imaji visual)
-
Dan hidup
bukan hidup lagi (imaji taktil)
-
Kuulangi
yang dulu kembali (imaji taktil)
-
Sambil
bertutup telinga, berpicing mata (imaji visual)
-
Menunggu
reda yang mesti tiba (imaji taktil)
c. Kata
Kongkret
Untuk
membangkitkan imaji (daya bayang) pembaca, maka kata-kata harus diperkongkret,
maksudnya ialah bahwa kata-kata itu dapat menyaran kepada arti yang menyeluruh.
Seperti halnya pengimajian, kata yang diperkongkret ini juga erat hubungannya
dengan penggunaan kiasan dan lambang. Jika penyair mahir memperkongkret
kata-kata, maka pembaca seolah-olah melihat, mendengar, atau merasa apa yang
dilukiskan oleh penyair. Dengan demikian pembaca terlibat penuh secara bathin
kedalam puisinya. Jika imaji pembaca merupakan akibat dari pengimajian yang
diciptakan penyair, maka kata kongkret ini merupakan syarat atau sebab
terjadinya pengimajian itu. Dengan kata yang diperkongkret, pembaca dapat
membayangkan secara jelas peristiwa atau keadaan yang dilukiskan oleh penyair.
Di dalam puisi
‘Kesabaran’ karya Chairil Anwar kata kongkret yang dipilih untuk melukiskan ia
berusaha sabar dan mengabaikan orang-orang yang menggunjingnya atau
membicarakannya ia menggunakan kata ‘Aku
tak bisa tidur/Orang ngomong, anjing nggonggong/Dunia jauh mengabur/Kelam
mendinding batu/Dihantam suara bertalu-talu/Di sebelahnya api dan abu’,
kata kongkret yang dipilih untuk melukiskan ia berusaha berbicara namun ia
tidak dapat berbicara dan akhirnya berusaha untuk tidak perduli ia menggunakan
kata ‘Aku hendak bicara/Suaraku hilang,
tenaga terbang/Sudah! tidak jadi apa-apa!/Ini dunia enggan disapa, ambil
perduli’, kata kongkret yang dipilih untuk melukiskan ia sudah tahan dan
kuat untuk menjalani hidup ia menggunakan kata ‘Keras membeku air kali/Dan hidup bukan hidup lagi’, kata kongkret
yang dipilih untuk melukiskan bahwa ia akan terus bersabar dan yakin bahwa
suatu saat nanti cobaan itu akan berlalu seiring berjalannya waktu ia
menggunakan kata ‘Kuulangi yang dulu
kembali/Sambil bertutup telinga, berpicing mata/Menunggu reda yang mesti tiba’.
d. Bahasa
Figuratif (Majas)
Penyair
menggunakan bahasa yang bersusun-susun atau berpigura sehingga disebut bahasa
figuratif. Bahasa figuratif menyebabkan puisi menjadi prismatis artinya
memancarkan banyak makna atau kaya akan makna. Bahasa figuratif ialah bahasa
yang digunakan penyair untuk mengatakan sesuatu dengan cara yang tidak biasa,
yakni secara tidak langsung mengungkapkan makna. Kata atau bahasanya bermakna
kias atau makna lambang.
Bahasa
figuratif dipandang lebih efektif untuk menyatakan apa yang dimaksudkan penyair
karena: 1) bahasa figuratif mampu menghasilkan kesenangan imajinatif, 2) bahasa
figuratif adalah cara untuk menghasilkan imaji tambahan dalam puisi sehingga
yang abstrak menjadi kongkret dan menjadikan puisi lebih nikmat dibaca, 3)
bahasa figuratif adalah cara menambah intensitas perasaan penyair untuk
puisinya dan menyampaikan sikap penyair, 4) bahasa figuratif adalah cara untuk
mengkonsentrasikan makna yang hendak disampaikan dan cara menyampaikan sesuatu
yang banyak dan luas dengan bahasa yang singkat (Perrine, 1974:616-617).
Di dalam
puisi ‘Kesabaran’ karya Chairil Anwar menggunakan majas hiperbola yakni kiasan
yang berlebih-lebihan. Misalnya dalam kata ‘Dunia
jauh mengabur’, ‘Kelam mendinding batu’, ‘Suaraku hilang, tenaga terbang’,
‘Keras membeku air kali’, ‘Dan hidup bukan hidup lagi’. Selain itu puisi
tersebut juga menggunakan majas personifikasi seperti dalam kata ‘Ini dunia enggan disapa, ambil perduli’.
e. Rima dan
Ritma
Bunyi di
dalam puisi menghasilkan rima dan ritma. Rima adalah pengulangan bunyi di dalam
puisi. Dalam ritma pemotongan-pemotongan baris menjadi frasa yang
berulang-ulang, merupakan unsur yang memperindah puisi itu.
1. Rima
Pengulangan
bunyi dalam puisi untuk membentuk musikalitas atau orkestrasi. Dengan
pengulangan bunyi itu puisi menjadi merdu jika dibaca. Untuk mengulang bunyi
ini penyair juga mempertimbangkan lambang bunyi. Dengan cara ini pemilihan
bunyi-bunyi mendukung perasaan dan suasana puisi.
Rima di
dalam puisi ‘Kesabaran’ karya Chairil Anwar adalah sebagai berikut:
Aku tak bisa
tidur (pengulangan bunyi fonem
/a/ dan /i/)
Orang ngomong,
anjing nggonggong (pengulangan
bunyi fonem /o/ dan /ng/)
Dunia jauh mengabur (pengulangan
bunyi fonem /u/)
Kelam
mendinding batu (pengulangan bunyi fonem /e/ dan /m/)
Dihantam
suara bertalu-talu (pengulangan bunyi fonem /a/)
Di sebelahnya
api dan abu (pengulangan bunyi fonem /a/)
Aku hendak
bicara (pengulangan bunyi fonem /a/)
Suaraku
hilang, tenaga terbang (pengulangan bunyi fonem /a/ dan
/ng/)
Sudah! tidak jadi apa-apa! (pengulangan bunyi fonem /a/)
Ini dunia enggan disapa,
ambil perduli (pengulangan
bunyi fonem /i/ dan /a/)
Keras membeku
air kali (pengulangan bunyi fonem /k/, /e/, dan /a/)
Dan hidup
bukan hidup lagi (pengulangan bunyi fonem /a/, /i/ dan
kata ‘hidup’)
Kuulangi
yang dulu kembali (pengulangan bunyi fonem /u/ dan
/a/)
Sambil
bertutup telinga, berpicing
mata (pengulangan bunyi fonem /a/,/i/ dan /u/)
Menunggu reda yang mesti tiba (pengulangan bunyi fonem /e/ dan /a/)
2. Ritma
Ritma sangat
berhubungan dengan bunyi dan juga berhubungan dengan pengulangan bunyi, kata,
frasa, dan kalimat. Ritma dapat dikatakan sebagai irama namun berbeda dengan
metrum (matra). Dalam puisi karya-karya Chairil Anwar, irama sudah diciptakan
secara kreatif artinya tidak hanya berupa pemotongan baris-baris puisi menjadi
dua frasa, namun dapat berupa pengulangan kata-kata tertentu untuk mengikat
beberapa baris puisi.
Ritma di
dalam puisi ‘Kesabaran’ karya Chairil Anwar adalah kata ‘aku’ yang merupakan
pengikat beberapa baris, sehingga baris-baris itu seolah bergelombang
menimbulkan ritma.
Aku tak bisa tidur
Orang ngomong,
anjing nggonggong
Dunia jauh
mengabur
Kelam mendinding
batu
Dihantam suara
bertalu-talu
Di sebelahnya
api dan abu
Aku hendak bicara
Suaraku hilang,
tenaga terbang
Sudah! Tidak
jadi apa-apa!
Ini dunia enggan
disapa, ambil perduli
Keras membeku
air kali
Dan hidup bukan
hidup lagi
Kuulangi yang dulu kembali
Sambil bertutup
telinga, berpicing mata
Menunggu reda
yang mesti tiba
thanks mba, blog ini sangat menginspirasi saya :-)
BalasHapusSama sama semoga bermanfaat
Hapusblognya membantu saya membuat tugas dari guru thanks kak :)
BalasHapusSama sama semoga bermanfaat
Hapusmaksih mba,informasinnya tenntang analisis puisinya,,,
BalasHapusSama sama semoga bermanfaat
Hapusea mba,,,saya kok masih bingung soal masalah rima dan ritme,,,mohon penjelasannya,,,
BalasHapusTERIMA KASIH
Rima pengulangan bunyi. Jika ritma lebih ke pengulangan yg mengikat isi cerita dlm puisi baik dalam bentuk kata, frasa, klausa, atau pun kalimat. Misal di atas disebutkan bahwa pengulangan kata 'aku' mengikat isi cerita tersebut.
HapusSama sama semoga bermanfaat
BalasHapusCitraan nya apa y ???
BalasHapusCitraan itu bahasa lainnya adalah imaji atau pengimajian :)
HapusMajasnya itu aja atau masih ada lagi mba????
BalasHapusItu majas yg saya temukan, jika menemukan majas lain sangat boleh ditambahkan yaa :)
HapusEkspresi yang tepat pada puisi itu apa kak??
BalasHapusSetiap orang yg menganalisis biasanya memiliki penafsiran yg berbeda-beda mengenai isi puisi. Bisa saja apa yg saya tafsirkan berbeda dengan apa yg orang lain tafsirkan. Begitu pula dengan ekspresi. 😊🙏
HapusLambang nya apa aja?
BalasHapusmakasi blog nya membantu
BalasHapusIndentifikasi diksi(pilihan kata) berupa makna konotatif dan lamvang pada puisi di atas?
BalasHapusKak gak ada kata konotatif dan kambing ya??:(
BalasHapusmakasih mbak blognya sangat membantu
BalasHapus